SEDIH BACANYA : Keinginan Orang Tua menemani Anaknya Wisuda, Tapi Tuhan Berkata lain



Teringat 4 tahun yang lalu.. punya uang 4 juta. Yang uang itu untuk bayar sewa rumah. Bayar listrik. Bayar semua2 nya lah. Secara mamak udah sendiri saat itu. Tapi anak perempuan ini malah minta kuliah. Saat itu jawaban mamak cuma bilang, yauda sana kalau ada duitnya. Orang kau kok yang pegang duit. Aku gak tau menau.
Dari uang yang ada cuma sisa 500 ribu karena untuk daftar kuliah. Pas selesai daftar mamak nanya. Nanti bayar kuliah selanjutnya cemana. Bisa nyimpen gak kita?
Karena aku pun gak tau. Ku jawab aja.di radio semalam ani dengar ada beasiswanya. Lumayan mak. Padahal tau juga nggak. 🤣🤣.
Mulai kuliah mulai tambah pengeluaran. Berjuang untuk selalu dapat beasiswa. Walau pun gak pernah full. Tapi paling nggak meringankan biaya sedikit.
Aku tau banget mamak pengen datang ke acara wisuda ku. Dia pengen anak nya seperti anak teman nya. Yang walau pun hanya penjual lontong. Tapi anak nya bisa wisuda.
Saking pengen nya.. tiap tahun mamak nanyak. Berapa lama lagi wisuda? Lama kali katanya. Padahal kuliah baru 2 semester 🤣🤣🤣. Tahun kdua kuliah. Dia nanya lagi. Uda mau wisuda? Karena asik ditanyain aja. Ku jawab bentar lagi mak. Langsung di ajak beli bakal baju untuk di pake pas wisuda katanya. Kuliah masih 2 tahun lagi. Dan itu lbh kurang 1 tahun sebelum mamak meninggal. Bahkan kemarin saat masih sakit pun kalau ku tanya nanti mau datang wisuda kan? Iya kan? Makanya semangat ya. Biar nanti buat baju kita datang ke wisuda. Mamak cuma kedip2 matanya sambil senyum.
Tapi Qadarullah berkata lain. 16 oktober tahun lalu beliau meninggal dunia. Alfatihah. Sebelum sempat liat anak nya ini wisuda.
Meskipun sudah tidak ada lagi urusan di dunia ini. Tapi mamak pasti seneng kan mak ani tepati janji?
Foto pertama saat mau sidang meja hijau. Curhat lagi gugup saat itu.
Foto kedua semalam. 09 oktober selesai wisuda. Seandainya bisa berandai2. Tapi gak bisa ya kan.
Semalam pas nama orang tua dipanggil, sengaja lama maju kedepan. Sampai selesai di panggil nama mereka. Anak dari alm. Ali akbar tanjung dan almh juminah. Berusaha gak nangis. Karena bukan kesedihan yang perlu di perlihatkan. Kebanggan lah yg patut di pertontonkan. Seorang wanita yang tak sekolah. Yang 11 tahun berjuang sendiri tanpa suami. Yang hanya berjualan sarapan pagi. Tapi bisa menyekolahkan anak nya sampai tinggi. Walau pun saat ini belum jadi apa2. Tapi semoga kedepannya bisa buat bangga.
Terima kasih papa..
Terima kasih mamak..
Semoga Allah membalas segala kebaikan kalian berdua..
😘😘😘

Iklan Tengah Artikel 2